Myanmar Hadapi Tekanan dari ASEAN Atas Krisis Rohingya
Malaysia meningkatkan tekanan
terhadap Myanmar pada pertemuan para Menlu ASEAN di Yangon soal krisis
Rohingnya. Menlu Malaysia Anifah Aman menuntut akses kemanusiaan penuh ke
daerah konflik.
Para menteri luar negeri ASEAN yang
melakukan pertemuan darurat soal krisis Rohingya do Yangon meningkatkan tekanan
terhadap pimpinan Myanmar Aung San Suu Kyi.
Dalam sebuah pernyataan setelah
pertemuan itu, Suu Kyi mengatakan pembicaraan tersebut berlangsung "jujur
dan transparan" tetapi juga "menekankan pentingnya memperkuat
persatuan ASEAN dan menyelesaikan perbedaan antara anggota keluarga ASEAN".
PM Malaysia Najib Razak, salah satu
pengecam keras politik Myanmar terhadap Rohingya
Terutama Malaysia menutut
penyelidikan independen yang dipimpin ASEAN atas berbagai tuduhan pelanggaran
HAM terhadap militer Myanmar.
Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah
Aman juga mendesak akses kemanusiaan penuh ke daerah yang sekarang tertutup, di
mana lebih dari 130.000 orang terkurung selama dua bulan tanpa bantuan dari
luar.
Dia memperingatkan, tindakan keras
militer bisa memicu terulangnya krisis manusia perahu seperti tahun lalu,
ketika ribuan warga Rohingya yang kelaparan mencoba melarikan diri ke selatan
ke Malaysia. "Kami percaya bahwa situasi sekarang harus diselesaikan
bersama-sama," katanya dalam pertemuan di Yangon. "Myanmar harus
berbuat lebih banyak untuk mencoba mengatasi akar penyebab dari masalah
ini," tandasnya.
Myanmar juga menghadapi tajam dari
masyarakat internasional. Termasuk dari PBB dan Amerika Serikat. Minggu lalu,
Komisaris HAM PBB Zeid Ra'ad Al Hussein mengeritik penanganan pemerintah
Myanmar terhadap krisis itu yang "tidak berperasaan". Dia
menggambarkan tindakan militer Myanmar sebagai "pelajaran, bagaimana
membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk".
Amnesty International juga
melontarkan kritik tajam dan menyatakan, tentara melakukan "serangan yang
luas dan sistematis terhadap penduduk sipil". ini merupakan kejahatan terhadap
kemanusiaan, kata Amnesty International. Tindakan keras terbaru di negara
bagian Rakhine Myanmar memicu gelombang protes publik di negara-negara
ASEAN, termasuk di Jakarta.
Lebih dari 27.000 warga muslim
Rohingya melarikan dari barat laut Myanmar ke Bangladesh sejak awal November
untuk melarikan diri operasi kontra-pemberontakan militer. Lebih 120.000 warga
Rohingya terpaksa harus ditampung di tempat-tempat penampungan pengungsi sejak
konflik meruncing lagi sejak 2012.
Tentara Myanmar menyatakan operasi
militer yang dilaksanakan adalah operasi pengamaan dan untuk memburu kelompok
militan dan memastikan serangan terhadap pos polisi seperti yang terjadi
Oktober lalu tidak terjadi lagi.
Eksodus warga Rohingya memicu
sengketa diplomasi di ASEAN, yang selama ini berpegang pada konsep non
interferensi telah memicu sengketa di kalanganlangka dalam Perhimpunan
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), blok 10-anggota yang membanggakan diri
pada diplomasi konsensus dan non-interferensi.
Myanmar secara tegas membantah
tuduhan-tuduhan itu dan sempat memanggil Duta Besar Malaysia di Myanmar serta
melarang mengiriman tenaga kerja Myanmar ke Malaysia. Suu Kyi juga mengadakan
serangkaian pembicaraan dengan wakil-wakil ASEAN, termasuk Indonesia. Suu Kyi
meminta pengertian masyarakat internasional dan minta waktu lebih banyak untuk
mempelajari akar masalahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar